Minggu, 15 Januari 2017

Untuk Wanita Berhati Bersih

Tahukah kamu,, harus dari manakah aku harus memulai ulang kembali seperti dahulu, apakah kau telah menemukan penggantinya yg lebih baik dariku? Apakah kau telah benar-benar menghindar dariku? Atau kah sudah tak ada ceritaku di dirimu? Aku tak tahulah... semoga tak benar yang aku fikirkan,

3 tahun silam saat aku masih jenjang putih abu-abu dan tak sudah satu sekolah lagi denganmu, aku mulai mengagumimu, wanita berparaskan mungil, bermata sipit lentik. Yang saat itu juga aku menjadi adik kelasmu, tapi disekolah tetanggamu.

 Dari awal hanya sekilas saja saat masih satu sekolah, ya  tak kenal tapi sering aku melihatnya. Saat itu juga aku aku menyukai  wanita lain dan juga aku didekati dengan sahabatnya juga (satu kelasnya), tapi yg aku sukai saat itu kinipun sudah berkelaurga  wkwk, bahkan saat ini juga satu fakultas denganku (kakak angkatan) I don’t  care.

Dulu aku mulai mengenalmu hanya dari medsos, kucari tahu tentangmu lewat sahabat satu kelasmu sendiri yg dekat juga denganku. Pada masa itu kau sedang mengalami keterpurukan. Yang aku tahu, kamu sedang patah hati ditinggalkan kekasihmu sendiri ke luar pulau (ha :D ha), mungkin itulah saat itu waktu yg pas untuk mulai bersosialisasi denganmu. Tapi masa bodoh lah aku hanya ingin sekedar dekat, bukan pacar/ apalah. Dari hari ke hari aku mulai perlahan menemukanmu, dari sekedar bercanda di twitter, chat, dll.. hingga lama kelamaan hanya sekedar mempunyai nomor handphonemu pun aku sangat gembira sekali.

Perlahan, kita mulai dekat , tapi aku tak pernah berharap menjadi pacarnya lah, apalah. Awal aku menjumpaimu saat bulan puasa, kau mengajakku untuk buka bersama. Saat itu kau  mengajak sahabatmu sendiri, dan aku hanya sendiri tapi wani. Haha. Kita duduk di satu meja berhadapan, dan akupun hanya bisa diam alias bingung, gugup, celeleng. Dalam benakku aku ingin berlama lama denganmu. Sudahlah lewat -___- .

Aku mengagumimu karna jarang sekali karena aku salut denganmu, salut dari kamu yang solikuuuuuuuuah, meskipun rumah kamu jauh dari sekolah mu saat itu (pucuk gunung), kau masih tetap semngat untuk bersekolah dan rajin. Dan pada waktu itu aku tahu kau hanya menaiki angkot untuk berangkat dan pulang sekolah. Dalam batinku (aku ki pie to, sekolah numpak motor tapi sekolah meng-mengan, kalah karo wedok sing omahe adoh, mangkat mulih numpak bis tuyul, tapi sregep, pinter). Itulah yang  membuatku kagum dengamu.

Suatu hari saat aku sedang kesal dengan diriku, atau mungkin kelelahan, kamu mengechatku via whatsapp terus-menerus mencariku (karena aku tak membalas pesan). Dan saat itu aku selalu berfikiran apakah aku munafik? Karena aku selalu menggunakan embel-embel suatu Majelis Sholawat (karena suka hadroh) aku berfikiran seperti itu. Pada waktu itu aku pun membalas chat mu dengan latar belakang yang aku fikirkan, aku pun membalas chatmu kalau aku semalam habis mabuk-mabukan. Dan saat itu aku  berfikiran “Apakah semisal jika aku ini orang nakal/buruk, apa kau masih bisa menerimaku??” aku bertanya dalam hatiku sendiri. Seketika kau membaca chatku, aku tahu kau pun akan marah besar dan kecewa berat. Aku tahu, semisal wanita berhati bersih masak mendekati orang nakal?? Kan tidak mungkin, pasti akan kecewa wanita tsb lah. Saat kau membaca kamu tidak menyangka, aku melakukan yg aku katakan kepadamu.

 Singkat saja, sungguh aku ingin kau mengetahui kebohongan yang kukatakan dengamu itu, bahwa yang kukatakan denganmu itu adalah sebuah komitmenku waktu aku masih jenjang smp, komitmen tsb ku buat dan jika kulanggar, seumur hidupku tak akan pernah bermanfaat/ sial. Maafkan aku yang telah mendustaimu dengan menutupi kebaikan dengan keburukan, dan sesungguhnya aku tak ingin dipandang baik, hanya biasa saja didepanmu. Karena aku mengagumi sosok Auliya’ yg menjadi panutan umat muslim di indonesia, yang menjadi buruk dimata manusia tetapi berderajat tinggi di mata Allah SWT.

Hingga saat itu dari masa putih abu-abu, sampai saat ini jenjangku memulai dunia perkuliahan, itulah alasan ku masih mengagumimu hingga aku menyayangi lahir batinmu, hingga aku masih mengejarmu sampai saat ini dan tidak berharap menjadi pacar/ apalah. Jika kau masih tak percaya tentang komitmenku tsb ya tidak apalah, aku sudah membuktikan komitmenku tersebut berlaku seumur hidupku. Aku memegangnya dan Tuhanku memutuskannya jika aku melanggar!
Sungguh aku harus bercerita kepada siapakah kebohongan ini?? Ibuku? Ayahku? Siapa?  Ataukah aku bercerita langsung kepadamu?? Tak ada dan tak akan mungkin! Dan aku bagaikan tak mempunyai orang tua, (itulah yang ada dibenakku, yang masih membuat kacau pikiranku) tak pernah aku bercerita tentang apa yang aku alami kepada siapapun, Mungkin lewat inilah aku bercerita, sudah sekitar 18 tahunan aku ditinggal ayah dan ibuku, dan aku hanya bisa mendoakan saja yang terbaik untuk orang tuaku.

Aku ingin mengulang masaku denganmu, dan kau terindah kan selalu menjadi yang terindah. Banyak yang datang dan pergi, namun kamu tetap abadi Jique.  Maafkan aku yang telah mendustaimu dengan kebaikan yang kututupi dengan keburukan yg palsu. Sekali lagi maafkan aku. 

BAYU SETYAJI UTAMA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar