Tahukah kamu,, harus dari manakah aku harus memulai ulang
kembali seperti dahulu, apakah kau telah menemukan penggantinya yg lebih baik
dariku? Apakah kau telah benar-benar menghindar dariku? Atau kah sudah tak ada
ceritaku di dirimu? Aku tak tahulah... semoga tak benar yang aku fikirkan,
3 tahun silam saat aku masih jenjang putih abu-abu dan tak
sudah satu sekolah lagi denganmu, aku mulai mengagumimu, wanita berparaskan
mungil, bermata sipit lentik. Yang saat itu juga aku menjadi adik kelasmu, tapi
disekolah tetanggamu.
Dari awal hanya
sekilas saja saat masih satu sekolah, ya
tak kenal tapi sering aku melihatnya. Saat itu juga aku aku
menyukai wanita lain dan juga aku
didekati dengan sahabatnya juga (satu kelasnya), tapi yg aku sukai saat itu kinipun
sudah berkelaurga wkwk, bahkan saat ini
juga satu fakultas denganku (kakak angkatan) I don’t care.
Dulu aku mulai mengenalmu hanya dari medsos, kucari tahu
tentangmu lewat sahabat satu kelasmu sendiri yg dekat juga denganku. Pada masa
itu kau sedang mengalami keterpurukan. Yang aku tahu, kamu sedang patah hati
ditinggalkan kekasihmu sendiri ke luar pulau (ha :D ha), mungkin itulah saat
itu waktu yg pas untuk mulai bersosialisasi denganmu. Tapi masa bodoh lah aku
hanya ingin sekedar dekat, bukan pacar/ apalah. Dari hari ke hari aku mulai
perlahan menemukanmu, dari sekedar bercanda di twitter, chat, dll.. hingga lama
kelamaan hanya sekedar mempunyai nomor handphonemu pun aku sangat gembira
sekali.
Perlahan, kita mulai dekat , tapi aku tak pernah berharap
menjadi pacarnya lah, apalah. Awal aku menjumpaimu saat bulan puasa, kau
mengajakku untuk buka bersama. Saat itu kau
mengajak sahabatmu sendiri, dan aku hanya sendiri tapi wani. Haha. Kita duduk
di satu meja berhadapan, dan akupun hanya bisa diam alias bingung, gugup,
celeleng. Dalam benakku aku ingin berlama lama denganmu. Sudahlah lewat -___- .
Aku mengagumimu karna jarang sekali karena aku salut
denganmu, salut dari kamu yang solikuuuuuuuuah, meskipun rumah kamu jauh dari
sekolah mu saat itu (pucuk gunung), kau masih tetap semngat untuk bersekolah
dan rajin. Dan pada waktu itu aku tahu kau hanya menaiki angkot untuk berangkat
dan pulang sekolah. Dalam batinku (aku ki pie to, sekolah numpak motor tapi
sekolah meng-mengan, kalah karo wedok sing omahe adoh, mangkat mulih numpak bis
tuyul, tapi sregep, pinter). Itulah yang
membuatku kagum dengamu.
Suatu hari saat aku sedang kesal dengan diriku, atau mungkin
kelelahan, kamu mengechatku via whatsapp terus-menerus mencariku (karena aku
tak membalas pesan). Dan saat itu aku selalu berfikiran apakah aku munafik? Karena
aku selalu menggunakan embel-embel suatu Majelis Sholawat (karena suka hadroh)
aku berfikiran seperti itu. Pada waktu itu aku pun membalas chat mu dengan
latar belakang yang aku fikirkan, aku pun membalas chatmu kalau aku semalam
habis mabuk-mabukan. Dan saat itu aku
berfikiran “Apakah semisal jika aku ini orang nakal/buruk, apa kau masih
bisa menerimaku??” aku bertanya dalam hatiku sendiri. Seketika kau membaca
chatku, aku tahu kau pun akan marah besar dan kecewa berat. Aku tahu, semisal
wanita berhati bersih masak mendekati orang nakal?? Kan tidak mungkin, pasti
akan kecewa wanita tsb lah. Saat kau membaca kamu tidak menyangka, aku
melakukan yg aku katakan kepadamu.
Singkat saja, sungguh
aku ingin kau mengetahui kebohongan yang kukatakan dengamu itu, bahwa yang
kukatakan denganmu itu adalah sebuah komitmenku waktu aku masih jenjang smp,
komitmen tsb ku buat dan jika kulanggar, seumur hidupku tak akan pernah
bermanfaat/ sial. Maafkan aku yang telah mendustaimu dengan menutupi kebaikan
dengan keburukan, dan sesungguhnya aku tak ingin dipandang baik, hanya biasa
saja didepanmu. Karena aku mengagumi sosok Auliya’ yg menjadi panutan umat
muslim di indonesia, yang menjadi buruk dimata manusia tetapi berderajat tinggi
di mata Allah SWT.
Hingga saat itu dari masa putih abu-abu, sampai saat ini
jenjangku memulai dunia perkuliahan, itulah alasan ku masih mengagumimu hingga
aku menyayangi lahir batinmu, hingga aku masih mengejarmu sampai saat ini dan
tidak berharap menjadi pacar/ apalah. Jika kau masih tak percaya tentang
komitmenku tsb ya tidak apalah, aku sudah membuktikan komitmenku tersebut
berlaku seumur hidupku. Aku memegangnya dan Tuhanku memutuskannya jika aku
melanggar!
Sungguh aku harus bercerita kepada siapakah kebohongan ini??
Ibuku? Ayahku? Siapa? Ataukah aku
bercerita langsung kepadamu?? Tak ada dan tak akan mungkin! Dan aku bagaikan
tak mempunyai orang tua, (itulah yang ada dibenakku, yang masih membuat kacau
pikiranku) tak pernah aku bercerita tentang apa yang aku alami kepada siapapun,
Mungkin lewat inilah aku bercerita, sudah sekitar 18 tahunan aku ditinggal ayah
dan ibuku, dan aku hanya bisa mendoakan saja yang terbaik untuk orang tuaku.
Aku ingin mengulang masaku denganmu, dan kau terindah kan
selalu menjadi yang terindah. Banyak yang datang dan pergi, namun kamu tetap
abadi Jique. Maafkan aku yang telah
mendustaimu dengan kebaikan yang kututupi dengan keburukan yg palsu. Sekali lagi maafkan aku.